1. Kenali tanda-tandanya lebih cepat
Lingkungan beracun kerap ditandai dengan intimidasi, gosip,
micromanagement, penekanan tekanan, atau kompetisi yang merusak. Ini bukan
sekadar suasana kurang nyaman—meskipun komunikasi buruk dan persaingan miring
adalah indikator jelas. Saat kamu peka terhadap tanda-tanda tersebut, kemampuan
untuk merespons pun meningkat.
2. Catat setiap interaksi negatif
Buat log sederhana tentang apa yang terjadi: siapa, kapan,
dan apa yang dikatakan atau dirasakan. Strategi ini membantu kamu melihat pola
berulang—dan menjadi buktimu saat berbincang dengan HR atau pihak berwenang .
3. Tetapkan batasan profesional yang realistis
Kalau pernah merasa diminta lembur terus-menerus atau
dihubungi di luar jam kerja tanpa kompensasi, katakan tidak secara tegas—tapi
sopan. Menetapkan batas waktu dan tugas adalah bentuk menjaga energi, bukan
menjadi resisten.
4. Fokus pada kualitas kerja diri sendiri
Alih-alih larut dalam drama kantor atau gosip, tunjukkan
profesionalisme melalui hasil kerja yang konsisten. Selain melindungi reputasi,
strategi ini membuat kritik jadi kurang berdampak .
5. Bangun dukungan di luar “pusat toxicity”
Bangun koneksi dengan rekan yang suportif, teman, atau
keluarga. Kalau perlu, cari konselor atau psikolog. Sistem dukungan ini
membantu menjaga kestabilan emosional saat tekanan meningkat.
6. Dorong komunikasi yang jujur dan terbuka
Kalau memungkinkan, ajak bicara atasan tentang perilaku yang
mengganggu, dengan fokus ke masalah spesifik, bukan menghakimi. Bila tidak
berhasil, serahkan bukti ke HR. Transparansi dan dokumentasi jadi senjata kuat
dalam meredam toxic culture .
7. Inisiatif perubahan kecil di tim
Ajak tim adakan sesi sharing, kegiatan bareng, atau workshop
manajemen stres. Membentuk budaya saling dukung dapat mematahkan akar toxic
seperti favoritisme, micromanagement, atau penahanan informasi.
8. Manfaatkan kebijakan dan saluran resmi
Periksa apakah perusahaan punya prosedur anti-bullying,
kebijakan transparansi, atau program EAP. Kalau ada, manfaatkan untuk
melindungi dirimu dan orang lain. HR yang proaktif biasanya mendukung langkah
ini.
9. Siapkan rencana personal jangka panjang
Kalau sudah semua cara dipakai tapi perubahan minim,
pikirkan opsi baru seperti mutasi internal atau cari pekerjaan lain. Kesehatan
mental lebih berharga daripada bertahan di lingkungan yang secara terus-menerus
merugikan.
Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, mulai dari
mengenali tanda hingga merancang arah karier masa depan, kamu punya kontrol
lebih besar terhadap situasi toxic yang mungkin muncul. Semoga bisa jadi
pegangan buat generasi muda yang sedang memulai dan memperjuangkan keseimbangan
karier dan mental!