Menulis bukan cuma soal merangkai kata, tapi tentang menyampaikan sesuatu ke orang lain. Kalau gak ada yang baca, tulisan bisa jadi sekadar curhatan yang nyangkut di notes. Tapi kalau dibaca dan dirasakan orang lain? Di situlah tulisan berubah jadi komunikasi yang hidup.
Banyak yang semangat nulis tapi lupa: tulisan gak hidup kalau gak sampai ke pembaca. Menulis itu bukan monolog. Menulis itu dialog. Walau gak langsung saling sapa, ada pesan yang lo kirim dan ada makna yang mereka tangkap.
1. Tulisan yang Nggak Dibaca = Suara dalam Hampa
Bisa aja nulis tiap hari, tapi kalau gak nyambung sama siapa-siapa, rasanya kayak teriak di ruangan kosong. Supaya suara lo didenger, tulisan harus bisa nyentuh, ngena, atau minimal bikin orang mau baca sampai habis.
2. Komunikasi Butuh Telinga
Gak cukup cuma punya mulut (dalam hal ini: tulisan). Harus ada yang baca, merespons, bahkan ngerasa relate. Penulis yang sadar kalau dia lagi ngobrol sama pembaca, bakal nulis dengan cara yang lebih terbuka dan bisa dimengerti.
3. Pembaca Itu Bagian dari Proses Kreatif
Mereka bukan penonton pasif. Dari feedback mereka, lo bisa berkembang. Mereka kasih insight baru, sudut pandang berbeda, bahkan motivasi buat nulis lebih konsisten. Nulis sendirian boleh, tapi berkembang sendirian itu berat.
4. Tulisan Gak Perlu Sempurna, Tapi Harus Sampai
Banyak yang nunggu semua kalimat jadi rapi dan puitis dulu baru berani unggah. Padahal yang dicari pembaca bukan kesempurnaan, tapi kejujuran dan koneksi. Tulisan yang tulus biasanya lebih mudah nyampe ke hati.
5. Gak Semua Orang Harus Suka, Tapi Harus Ada yang Suka
Nulis buat semua orang itu capek. Tapi kalau lo tahu siapa yang lo ajak ngobrol lewat tulisan, lo bakal lebih fokus. Cukup punya pembaca yang loyal, yang nungguin karya lo, itu udah lebih dari cukup.
6. Tulisan Jadi Jembatan, Bukan Menara
Jangan taruh tulisan lo terlalu tinggi sampe susah diakses. Menulis itu bikin jembatan buat orang lain nyebrang ke pikiran lo. Pakai bahasa yang bisa mereka pahami. Biar mereka betah di seberang, bukan balik badan.
7. Penulis yang Diingat Itu yang Dirasain
Bukan cuma karena tulisannya bagus, tapi karena berhasil bikin pembaca merasa dilihat dan dimengerti. Itu hasil dari komunikasi dua arah, walaupun bentuknya cuma lewat layar. Di situlah tulisan punya nyawa.
8. Share Itu Bukan Cari Validasi, Tapi Buka Obrolan
Jangan takut nulis karena mikir “siapa juga yang mau baca?”. Justru dari situlah obrolan dimulai. Setiap tulisan yang dibagikan punya peluang buat menyentuh satu orang yang butuh. Dan kadang, itu udah cukup banget.