BLANTERVERIONv101
TEMPLATEVERIONv101

Arya Satya Chapter 4 : Beginning

Kembang Wae
Image


Basecamp triple problem sedang tidak dalam suasana yang baik. Aura canggung kini memenuhi segala penjuru ruangan itu.

Terlihat Sandra dan Wildan saling bertatap mata, mengirimkan sinyal tanpa kata. Kedua alis mereka seolah berkerut bertanya-tanya mengapa ada orang lain yang kini bergabung.

Sang tamu hanya diam, tersenyum canggung seolah tahu bahwa momen ini tercipta karena kehadirannya.

“Jadi tadi kau sengaja menyuap kami dengan makanan agar kau mendapatkan ijin membawa dia untuk bergabung?” Wildan bertanya yang kemudian disetujui oleh Sandra.

“Toh makanan itu sudah ada di dalam perut kalian.”

El menjawab pertanyaan Wildan penuh dengan percaya diri, membuat Wildan dan Sandra tidak bisa menyanggahnya.

Bisa-bisanya El membawa masuk orang lain dalam ruang pribadi mereka. Sebuah ruangan yang berisikan kumpulan berkas rahasia. Tidak cuma itu, ada beberapa hasil inovasi pengembangan teknologi milik El yang tidak semua orang bisa tahu. Ini Justru diperlihatkan dengan jelas kepada teman barunya yang bernama Karya.

Entah apa yang merasuki El sehingga bisa membuka diri kepada orang baru. Tapi ini berbeda. El membawa masuk Karya pada waktu yang tidak tepat. Niat Sandra hari ini membahas kasus penggelapan dana. Ia sudah mengutarakan hal itu pada Wildan.

“Sudahlah. Bukannya malah semakin banyak orang semakin mudah? Dia juga pasti akan berguna dan membantu kita.”

Wildan dan Sandra langsung menatap Karya setelah El selesai bicara. Menyelidiki secara dalam apakah Karya memang benar bisa dipercaya. Karya yang sedang dinilai berusaha untuk meyakinkan.

Disisi lain, ketika Sandra menatap dalam Karya. Ia justru mendapatkan getaran-getaran aneh di dalam dada. Saat ia memperhatikan kedua iris Karya yang begitu cantik, kedua pupilnya membesar. Seakan hanyut tenggelam dalam pandangannya sendiri.

Baru kali ini Sandra merasakan sesuatu yang berbeda. Padahal ia juga biasa melakukan hal yang sama pada El ataupun Wildan. Tetapi tidak ada getaran seperti ini.

Sandra berpikir itu hanyalah getaran biasa. Anggap saja jantungmu sedang berdebar kencang karena kekenyangan. Bukan karena ada rasa, atau apa pun itu yang Sandra belum pernah mencicipi.

“Ok, baiklah. Aku percaya padamu, El.”

Ucapan setuju Wildan membuyarkan pikiran Sandra. Jujur saja sebenarnya ia tidak terlalu mendengar apa yang barusan Wildan katakan. Sandra hanya mengangguk membuntut untuk setuju.

-----------------------

Setelah diskusi panjang mengenai bagaimana mereka akan melakukan investigasi, triple problem + Karya yang kini berubah menjadi empat sekawan, berpencar melakukan peran masing-masing.

El dan Karya akan mencoba meretas sistem keuangan. Mencari bukti kuat tentang berapa total anggaran dana yang hilang. Sedangkan Wildan dengan Sandra pergi menemui orang-orang yang diduga menjadi korban. Tidak lupa, mereka juga menggali informasi dari beberapa saksi.

“Jadi bapak tidak mau mengakuinya? Lalu bagaimana jika memukul sebuah mulut agar mulut itu bisa terbuka?  Bukankah bapak sendiri tadi yang mengatakan padaku jika pintu tidak bisa dibuka, bapak perlu mendorongnya lebih keras?”

“Tapi aku tidak bisa memukul sembarangan, San.” Bisikan Wildan menghilangkan seringai dari bibir Sandra. Padahal ia sudah bisa menyudutkan salah satu oknum tersangka namun Wildan kini mengacaukan.

Sandra tidak menggubris bisikan Wildan. Dirinya justru semakin menekan orang yang duduk di depan. Orang itu tampak santai, tidak goyah sedikit pun. Senyum yang masih terpasang pada wajahnya tidak berubah.

Sepertinya orang itu menganggap remeh mereka. Layaknya orang tua yang tengah menghadapi rengekkan sang anak. Sabar dan hanya memperhatikan tingkah apa lagi yang akan dibuat.

Karena tidak menghasilkan apa pun. Mereka akhirnya pergi. Namun Sandra tidak kehabisan akal untuk memancing tersangka. Ia membisikkan beberapa kata pada dengan sopan. Kemudian melenggang pergi meninggalkan orang itu yang terkejut atas apa yang ia dengar barusan.

--------------------

Pukul dua belas lewat seperempat, El masih memainkan jari jemarinya pada layar hologram. Ia memilih untuk tidak pulang hari ini. Pertama karena ia masih mencoba meretas sistem keuangan. Kedua ia malas pulang lantaran di rumah pasti tidak ada orang.

Ayahnya orang yang sibuk. Selalu pergi menemui orang-orang penting dan jarang di rumah. Sedangkan ibunya pasti ada saja acara yang membuat rumah kosong. Memang tidak benar-benar kosong, karena masih ada beberapa pegawai rumah seperti sopir dan ART.

Meski El dan ayahnya sering berpapasan di kampus. Tapi mereka jarang mengobrol berdua hanya untuk bertukar cerita antara anak dan bapak.

“Masih belum selesai? ” Sandra bertanya pada El yang jemarinya menari dengan indah menekan huruf-huruf yang tertera pada papan keyboard.

El hanya menunjuk dengan isyarat melalui mulutnya yang monyong. Sandra dan Wildan hanya menghela nafas seperti kecewa mendengar jawaban El.

Malam ini seperti biasa mereka berkumpul dalam basecamp untuk memecahkan kumpulan puzzle dari kasus penggelapan dana. Sudah dua hari mereka coba menyelidiki  melalui berbagai kemungkinan yang ada.

Sudah lebih dari dua jam mereka melihat El bercumbu dengan mesin teknologi kesayangan. Jika sudah begini tidak ada yang berani mengganggu. Hanya rasa lapar dan keberhasilan yang dapat menghentikan dia.

Tampak mesin-mesin teknologi itu tengah memproses kode-kode yang El jejalkan. Terus menerus tanpa henti El menyuapi mesin itu seolah sang mesin tidak akan pernah bisa puas.

Sandra & Wildan sudah terlelap di kursi. Sebenarnya El merasa kasihan dengan mereka menunggu seperti ini. Sudah berulang kali juga dia meminta mereka untuk pulang saja.  Atau setidaknya mereka tidur saja di kamar lantai bawah.

Dia sengaja meminta pada ayahnya untuk memberikan kamar tidur supaya mereka bisa beristirahat jika bergadang seperti ini. Tapi dengan dalih ‘Setia Kawan’ mereka malah memilih untuk terlelap disini.

Layar hologram itu lagi-lagi menampilkan notifikasi jika ia telah berhasil memasuki sistem secara illegal. El mengembalikan fokusnya pada sang mesin. Kembali menarikan jari-jarinya untuk menyuapi sang mesin dengan kode-kode pemrograman.

Sejujurnya, El sudah melakukan ini tiga kali dan selalu berhasil. Namun sayang keberhasilan itu tidak cukup menyenangkan. Ia tidak mendapatkan apa yang dicari. Bukti mengenai penggelapan dana tidak ada di sistem keuangan yang sedang ia retas.

Sepertinya bukti itu telah diamankan. Jalan satu-satunya ia harus meretas sistem pusat dimana semua histori yang pernah masuk akan terekam. Dan itu bisa menjadi bukti kuat. Kalaupun beruntung, ia bisa mendapatkan catatan alokasi dana bagian keuangan yang termasuk bukti utama dari kasus ini.

Saat El sedang sibuk menelaah isi dari sistem keuangan. Kedua mata Sandra terbuka perlahan dari lelap. Dirinya merasa pegal pada bahu lantara tidur dengan posisi yang tidak proporsional. Tangannya memijat bahu yang terasa kaku. Melemaskan otot-otot, Lalu beranjak dari kursi.

“Belum selesai juga?” Tanya Sandra yang kemudian menghampiri El. Duduk di sebelah memandang layar hologram yang menyala.

“Sudah, dan hasilnya masih sama.”

Sandra memajukan bibir berekspresi berpikir keras tentang kenapa tidak ada apa-apa yang mereka hasilkan hari ini. Mungkin saja mereka salah langkah atau mereka yang kalah langkah?

Ia menyapu pandangan pada hasil karya milik El. Menilik satu persatu apa yang tersedia di depan. Hingga terhenti pada sebuah buku usang. Jarang sekali jaman sekarang ada yang memakai buku. Terlebih karena buku itu mahal dan langka, buku juga bikin ribet menurut dirinya.

“El milik siapa buku itu?”

“Entahlah. Milik Karya mungkin.”

Jawaban dari El membuat Sandra mengernyitkan dahi. Bagaimana seorang mahasiswa kurang mampu memiliki buku? Sandra hanya bisa bertanya-tanya dalam diam.

---------------

“Enigma. Coba cari tahu penyebab kenapa kita menjadi sulit fokus.”

“Baik tuan. Berdasarkan penelusuran, ada beberapa penyebab kenapa kita menjadi sulit fokus. Pertama__”

Penjelasan jawaban dari Enigma hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tidak digubris sama sekali. Sang tuan justru hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia masih terbayang tentang seorang gadis yang entah kenapa dapat mencuri perhatian miliknya. Tingkah yang absurd jika dipikir ulang tidak mungkin bisa memasuki pikirannya. 

“Ada pertanyaan lagi tuan?”

Sang tuan tidak menjawab. Ia semakin tenggelam dalam pikiran. 
Image
Image

Comments

BLANTERVERIONv101